Rumah Ilmu di Desa Pasiang, Wujudkan Semangat Membaca di Tengah Minim Literasi
Polewali Mandar – Sandeqnews.id — Dusun Buttu Lamba, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar, 13 Oktober 2025 — Dari balik sunyi pedesaan, lahir sebuah gagasan besar. Mustamin al-Mandary, seorang pekerja yang menduduki posisi manajemen di BUMN terbesar di Indonesia sekaligus penulis buku, mendirikan sebuah perpustakaan di kampung halamannya untuk membuka akses ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Perpustakaan ini diberi nama Rumah Ilmu, akronim dari Rumah Hikmah Ikhwanul Mustafa. Nama ini sama dengan masjid yang berada di depan perpustakaan dan juga diinisiasi oleh beliau. Menurut Mustamin, nama Ikhwanul Mustafa terinspirasi dari tafsir Dur al-Mantsur, di mana Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, “saya sangat merindukan saudaraku (ikhwani),” yang dimaksud adalah orang-orang yang datang setelah beliau, yang mencintai dan mengikuti beliau dengan penuh cinta.
Bagi Mustamin, membaca adalah kebutuhan dasar manusia. Ia menekankan pentingnya membaca sebagai pintu utama menuju ilmu pengetahuan. “Kalau kamu tidak membaca, dunia tidak akan terbuka dan ilmu tidak akan datang,” ungkapnya.
Meski memiliki koleksi lebih dari 30 ribu buku elektronik, Mustamin tetap berpegang bahwa membaca buku cetak jauh lebih efektif dan menyeluruh dibanding hanya mengandalkan potongan video atau kutipan singkat di media sosial. “Perpustakaan ini ada karena saya masih percaya bahwa membaca buku kertas jauh lebih baik daripada buku digital,” tegasnya.
Menurut keterangannya, ia memiliki sekitar 6.500 judul buku cetak dan 30 ribu judul buku digital, mencakup hampir semua topik. Koleksi terbesar adalah buku-buku Agama Islam, termasuk Al-Qur’an, tafsir, hadits, fikih, tasawuf, filsafat Islam, hingga kitab kuning berbahasa Arab. Selain itu, ada filsafat Barat, sejarah umum, sejarah Indonesia, keluarga dan parenting, perempuan, pengembangan diri, hingga lebih dari 300 buku anak-anak.
Redaksi mencatat, membaca buku kertas bukan hanya lebih efektif dalam memahami isi bacaan, tetapi juga lebih sehat untuk mata dibandingkan membaca melalui layar digital yang mengandung radiasi cahaya.
Perpustakaan ini juga diperuntukkan bagi beragam kegiatan literasi, seperti seminar, diskusi, bedah buku, hingga pemutaran dan bedah film. Meski saat ini belum buka setiap saat karena Mustamin belum menetap di kampung halaman, ia telah mengamanahkan sejumlah sahabat untuk menjaga agar perpustakaan tetap hidup dan bisa diakses masyarakat.
Lebih dari sekadar ruang baca, perpustakaan ini dibangun dengan semangat keterbukaan. Tidak ada batasan usia, profesi, agama, maupun latar belakang sosial. Pelajar, petani, nelayan, ibu rumah tangga, hingga pegawai semua bisa hadir dan memanfaatkan perpustakaan ini “Bagi saya, yang penting ada kemauan untuk membaca dan menambah ilmu. Perpustakaan ini milik semua, dan kami welcome kepada siapa pun yang datang dengan niat positif,” kata Mustamin.
Semangat itu mendapat dukungan dari Subhan Saleh, salah seorang pengunjung. “Membaca buku adalah kunci menghadapi derasnya fenomena sosial yang sering tak terkendali. Semangat membaca akan menjaga kualitas cara pandang kita, menambah pengetahuan, dan membantu menemukan solusi serta kebaikan bersama dalam hidup ke depan,” ujarnya.
Bagi Mustamin, perpustakaan bukan hanya bangunan, melainkan jendela ilmu yang mampu mengubah cara pandang masyarakat desa terhadap dunia. Ia berharap hadirnya ruang baca di Buttu Lamba menumbuhkan budaya literasi inklusif, di mana semua orang berhak memperoleh akses pengetahuan tanpa sekat apa pun.
“Untuk informasi lebih lengkap mengenai gagasan literasi, koleksi buku, dan aktivitas Mustamin al-Mandary, pembaca dapat mengunjungi laman resmi beliau di https://s.id/mustamin14.
📦 Box ProfilProfil Singkat Mustamin al-Mandary
Posisi: Manajemen di BUMN terbesar di Indonesia
Peran: Pendiri perpustakaan Rumah Ilmu di Dusun Buttulamba, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali, Polman
Koleksi buku: 6500-an buku cetak dan 30.000-an buku elektronik.
Website Resmi: https://s.id/mustamin14
Post Comment